Inikah Cinta Pandangan Pertama?
Kriiing!!!
suara terindah menandakan bel pulang yang disertai suara riuh ramai orang
keluar kelas. Akupun melangkahkan kakiku dan keluar dari belenggu kelas yang
membosankan. Dengan cepat aku menuju ke parkir sekolah karena langit biru sudah
berganti menjadi putih kelabu yang menandakan hujan akan turun. Tak selang lama
hujan pun turun membabi buta jatuh ke bumi, “ahhh sial” gerutku, dengan cepat
kuparkir sepeda motorku dan berteduh di suatu garase.
Lima menit..
Sepuluh menit..
Hujan belum
berhenti menyerang bumi ini. Akupun duduk
melamun di tempat ku berteduh sambil berharap hujan segera reda. Tiba-tiba
seseorang pengendara bermotor memarkir kendaraanya di depanku. dengan spontan
aku berkata “mari sini neduh” dia pun
membuka helm dengan tubuhnya yang basah, dan melontarkan senyumnya yang manis
kepadaku, dia sangat cantik entah mengapa perasaan ku menjadi berbeda saat itu
hatiku berdebar kencang, “inikah yang namanya jatuh cinta pada pandangan
pertama?” Ujarku dalam hati “heyy, aku
Natasha” memecah lamunanku “eh, eee, namaku Dika” ucapku terbata-bata. “Dika
ya, hmm salam kenal ya Dika” jawabnya dengan senyum manisnya “ hehe, iya salam
kenal juga Natasha”.
Sore itu
kami berbincang layaknya dua kawan yang lama tak berjumpa, padahal kami baru saling mengenal. Kami memperbincangkan
segala hal, selain cantik Natasha wanita
yang cukup menyenangkan ternyata. Dia berasal dari kota kembang , Bandung, tak
kusangka dia ternyata satu sekolah denganku di SMA N 1 Ubud, dia tinggal di Bali
sejak dia lulus SD.
Sungguh tak
terasa waktu telah menunjukan pukul 5 sore, awan hitam bringsut telah disapu
angin yang kemudian berganti dengan langit sore yang menebarkan kehangatan.
“Dika..” panggilnya “kayaknya aku harus pulang deh”
“Oh, iya,”
aku tak bisa menyembunyikan kecewaku “hmm,tasha.. boleh gak aku minta nomor hp
kmu?” “ooh iya boleh”
***
Malam ini
aku dilanda insoma, jarum pendek jam di dindingku pun telah mengarah ke angka 2,
tapi aku sama sekali belum merasa ngantuk. Apakah karena aku jatuh cinta
denganya? Inikah cinta pada pandangan pertama? Wahai angin malam jikalau aku
jatuh cinta kepadanya sampaikanlah salamku kepadanya. Aku
sungguh tak sabar untuk menemuinya lagi, senyum itu, perbincangan itu, aku
ingin memiliki semuanya.
***
Kriiing!!!
bel istirahat berbunyi, aku suka suara sederhana itu, bagaikan melodi indah
yang ditunggu- tunggu semua orang. kebetulan aku melihat Natasha di kantin
sekolah, jantungku kembali berdebar kencang, ya tuhan, sudah tak salah lagi aku
sedang jatuh cinta. Kulangkahkan kakiku menuju ke tempat dia duduk. Dan kembali
berbincang tak karuan. Mulai dari masalah ketertiban sekolah, masalah tugas
sekolah, sambil menikmati teh hangat buatan ibu kantin. “Eh, gimana kalo pulang
sekolah nanti kita nonton?” Tanya ku dengan sedikit gugup “boleh, kayaknya seru
nih”
***
Tak terasa
sudah tiga bulan waktuku telah kulalui bersamanya. Kurasa dia telah memiliki
perasaan yang sama denganku, ya..perasaanku mengatakan bahwa benih-benih cinta
telah tumbuh di dalam hatinya. Ingin ku mengutarakan isi hatiku kepadanya. di
tengah heningnya malam aku mengirimi dia pesa singkat. “hai Natasha, besok lari
sore ke bukit yok?” “hmm, boleh juga tuh ka, udah lama aku gak pernah lari
sore” “okee, besok aku jemput kamu jam 4 sore ya” “oke Dika”
***
Canda tawa
mengiringi perjalanan kami, langit sore yang begitu elok nan bersih tanpa
setitik awan seakan ikut bahagia melihat kami bercanda ria di bukit cinta,
yaa..aku menyebutnya bukit cinta, karena disinilah aku akan mengutarakan isi
hatiku kepadanya. Tak selang lama akupun memegang tanganya di tengah kehangatan
senja, suasana yang awalnya penuh tawa ria berubah menjadi hening, sebuah kalimat terucap dari mulutku “ kamu
mau gak jadi pacar aku?” dia pun membalasnya dengan mengucapkan “iya, aku mau
jadi pacar kamu”. Di Bukit Cinta disinilah ketika kamu dan aku menjadi kita, dan mentari akan
menjadi saksi perjalanan kita berdua.
Cerpen Karangan : Odi Pastika